"Perang" antara pendukung AdBlocker dan Anti AdBlocker


Mungkin kata "perang" dalam artikel ini terlalu berlebihan, tapi jika kita cermati sekali lagi tentang topik ini, mungkin kita akan melihatnya secara berbeda. Topik mengenai pentingnya software atau aplikasi pemblokir iklan menjadi isu yang kontroversial. Dipandang dari sisi pengguna internet, iklan kadang menjadi sesuatu yang menjengkelkan, sedangkan disisi lain, penyedia konten menjadikan iklan sebagai salah satu pundi penghasilan mereka.

Dari sudut pandang pengguna, iklan kadang sering mengganggu pengguna ketika surfing di dunia maya. Apalagi ketika iklan yang ditampilkan merupakan iklan yang tidak diharapkan oleh pengguna atau karena alasan lain seperti iklan dewasa atau perjudian. Dari dasar itulah, software atau ektensi pemblokir iklan dikembangkan. Saat ini ada berbagai macam software dan ektensi pemblokiran iklan yang mampu memblokir setiap iklan. Salah satu yang terkenal adalah AdBlock dan AdBlock Plus (ABP).

AdBlock adalah ekstensi penyaringan konten dan pemblokiran iklan sumber terbuka untuk penjelajah web Google Chrome dan Apple Safari. AdBlock memungkinkan pengguna mencegah munculnya elemen web tertentu seperti iklan. Sampai saat ini, jumlah pengguna AdBlock sudah mencapai lebih dari 50 juta pengguna diseluruh dunia. Itu belum ditambah dengan pengguna aplikasi dan ektensi lain yang sejenis.

Menurut data yang dirilis PageFair.com, mereka menyatakan bahwa saat ini telah terdapat 419 juta pengguna smartphone di seluruh dunia yang memblokir iklan online pada perangkat mereka. Angka tersebut merupakan 22 persen dari jumlah pengguna smartphone di seluruh dunia. Berdasar sumber yang sama, Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India sebagai pengguna aplikasi pemblokir iklan terbanyak di dunia.

Data yang dirilir Maret 2016 tersebut jelas membuat kalangan media online perlu berpikir ulang termasuk para blogger yang menggunakan website mereka sebagai salah satu pundi penghasilan mereka. Banyak dari website dan penyedia iklan tersebut mulai mengakali aplikasi pemblokir iklan seperti Youtube yang menyembunyikan tanda skip yang biasanya untuk menampilkan iklan. Selain itu juga, mereka memperlakukan video iklan sebagai bagian dari videonya.

Kalangan media online dan para blogger juga sibuk menambahkan kode-kode tertentu untuk memperingatkan/memberi akses ke pengguna setelah mereka menonaktifkan aplikasi pemblokir iklan tersebut. Salah satu media terkenal yang menerapkan langkah ini adalah Forbes.com. Mereka akan memperingatkan kita untuk menonaktifkan aplikasi pemblokir iklan untuk website mereka agar kita dapat mengakses website mereka.

Tampilan laman Forbes ketika kita memblokir iklan mereka.

Kalangan blogger juga berlomba-lomba untuk menambahkan script anti AdBlocker di website mereka. Salah satu tutorial untuk menambahkan script anti AdBlocker dapat dilihat dalam tulisan blogger Kang Ismet. Walaupun begitu, tampaknya dari kalangan pendukung AdBlocker tidak tinggal diam. Beberapa developer mengembangkan kode dan script untuk mengelabuhi penyedia konten seperti misal Anti-AdBlocker Killer. Walaupun penulis belum mencoba script tersebut dan kurang mengetahui efektifitas dari script tersebut, paling tidak kita dapat mengetahui bahwa "perang" antara kalangan pro dan kontra aplikasi blocking iklan tersebut belumlah usai.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment